LIDIK.ID, Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengingatkan masyarakat agar mewaspadai praktik radikalisasi yang kini menyusup melalui permainan daring (game online). Rabu, (01/10/2025).
Kepala BNPT Komisaris Jenderal Polisi Eddy Hartono mengatakan fenomena tersebut kian mengkhawatirkan karena menyasar anak-anak dan remaja, kelompok usia yang paling rentan terhadap paparan ideologi ekstrem.
“Sedikitnya 13 anak dari berbagai daerah di Indonesia telah terhubung melalui permainan daring Roblox, yang kemudian menjadi pintu masuk bagi jaringan simpatisan teroris,” ujar Komjen Eddy.
Menurutnya, interaksi awal melalui ruang permainan kemudian bergeser ke platform komunikasi tertutup, seperti Telegram dan WhatsApp, tempat proses indoktrinasi lebih intens berlangsung.
Eddy menilai pola itu merupakan bentuk baru rekrutmen radikal, di mana anak-anak tidak hanya menjadi target propaganda di media sosial, tetapi juga di dalam gim daring yang dimainkan sehari-hari.
Fenomena serupa, kata Eddy, juga terjadi di luar negeri. Pada 2024 seorang remaja di Singapura ditangkap karena membuat simulasi zona militer Afghanistan di Roblox yang menarik banyak pengikut sebelum dipindahkan ke grup tertutup untuk penyebaran ideologi radikal.
Di Amerika Serikat dan Jerman, gim daring bahkan digunakan untuk menyebarkan narasi kebencian, termasuk propaganda Nazi, untuk melawan pemerintah dan aparat.
“Meski pengaruh Al-Qaeda dan ISIS di Asia Tenggara menurun, faktor lokal seperti ketidakadilan sosial dan isu politik tetap memicu kerentanan radikalisasi,” tutur Eddy.
Selain itu, ia mengingatkan penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk membuat konten propaganda memperparah situasi, sebab konten buatan mesin sulit dibedakan dengan asli dan berpotensi menyesatkan.
BNPT pun mendorong koordinasi lintas kementerian/lembaga guna memperkuat literasi digital, meningkatkan pengawasan ruang siber, serta memberi perlindungan khusus bagi anak-anak dan remaja.
“Kita semua, terutama para orang tua, harus mewaspadai ruang baru radikalisasi ini. Jangan sampai anak-anak justru belajar kebencian lewat permainan,” tegas Eddy.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Identifikasi dan Sosialisasi (Idensos) Densus 88 Antiteror Polri Brigadir Jenderal Polisi Arif Makhfudiharto menyambut baik inisiatif BNPT memperkuat sinergi antar-kementerian/lembaga dalam menghadapi ancaman radikalisasi digital.
“Kolaborasi adalah kunci agar upaya pencegahan dan mitigasi radikalisasi di ruang digital bisa berjalan lebih efektif,” ucap Arif.
Ia menyebut ancaman radikalisasi di dunia maya kini tidak lagi bersifat lokal, melainkan persoalan global, dengan pergeseran signifikan dalam perekrutan, penyebaran ideologi, hingga tahapan aksi terorisme.
“Jika dulu perekrutan dilakukan tatap muka hingga pelatihan, kini seluruh proses, termasuk baiat dan latihan persiapan, bisa dilakukan secara daring. Ini masalah serius yang perlu kita tangani bersama,” pungkasnya.***
(TRS).
Discussion about this post