LIDIK.ID, Lampung – Darurat pandemi virus corona di Eropa, terutama di Italia membuat semua kompetisi sepak bola di Italia dihentikan hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Dampaknya secara keuangan begitu terasa bagi klub-klub, tak terkecuali klub-klub kaya raya. Para klub pun mulai merencanakan pemotongan hingga penangguhan gaji pemain selama kompetisi vakum.
Keputusan tak dibuat secara sepihak. Klub-klub sudah membicarakan dengan hal ini dengan pemain.
Juventus menjadi klub pertama yang mengumumkan pemotongan gaji. Bianconeri mencapai kesepakatan bersama dengan pemain dan pelatih untuk memotong gaji selama bulan Maret, April, Mei dan Juni.
Pemotongan gaji diterapkan untuk semua pemain Juventus, termasuk megabintangnya, Cristiano Ronaldo. Pun untuk pelatih dan staf lainnya.
Melansir Tuttosport, Ronaldo mendapatkan gaji dari Juventus sebesar 28 juta poundsterling atau sekitar Rp558 miliar per tahun. Akibat pandemi Corona, Juventus memotong gaji Ronaldo sebesar 3,4 juta poundsterling atau Rp 67 miliar.
Artinya, Ronaldo mendapatkan Rp 491 miliar per tahun, atau Rp40 milar per bulan. Bagi Juventus, pemotongan gaji para pemain termasuk Ronaldo akan menghemat 80 juta poundsterling atau Rp1,61 triliun.
Tak hanya Ronaldo dan Juventus saja yang memotong gaji mereka, Barcelona dan Lionel Messi juga harus menerima pemotongan gaji. Bahkan pemotongan yang didapatkan Messi lebih besar dari CR7.
Messi diketahui dipotong gajinya sebesar 70%. Hal ini diungkapkan oleh sang pemain melalui akun media sosial instagram pribadinya.
“Kami akan menerima pengurangan 70 % dari gaji yang kami terima. Ini dalam kondisi darurat, dengan itu karyawan bisa mendapatkan gaji 100% selama situasi ini,” seperti dikutip dalam pernyataan Messi di akun media sosial instagram pribadinya.
Messi sendiri menerima gaji sebesar 8,3 juta euro per bulan atau setara dengan Rp150 miliar. Dengan kata lain dia akan menerima pemotongan gaji sebesar Rp105 miliar.
Saat ini Spanyol menjadi salah satu negara di Eropa yang korbannya cukup banyak bahkan jumlah kematian terkait COVID-19 lebih banyak dari China. Spanyol sudah kehilangan 800 nyawa 24 jam terakhir.
Korban jiwanya meningkat pesat menjadi 6.528 jiwa dengan 78.797 dikonfirmasi.
Lalu bagaimana pemain sepak bola Indonesia?
Wabah virus corona yang menghantam Indonesia membuat kompetisi Liga 1 dan 2 berhenti sementara bahkan terancam batal. Dalam kondisi ini, PSSI menginstruksikan agar klub memberikan 25 persen dari nilai kontrak ke para pemainnya, andai kompetisi berhenti total. Pemotongan ini termasuk ke dalam jumlah besar.
Pemotongan gaji tersebut sesuai dengan anjuran PSSI dalam poin kedua di Surat Keputusan PSSI No.48/SKEP/III/2020, bahwa klub boleh membayar gaji pemain maksimal 25 persen saat keadaan sedang force majeur.
Akan tetapi, kebijakan ini belum disetujui para pemain, Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia sudah lebih dulu bersuara. Mereka dengan tegas menolak kebijakan PSSI karena keputusan itu tak didasari atas diskusi dengan pemain.
Pun, ada pemain pula yang menyuarakan pendapatnya. Bek Bhayangkara FC, Ruben Sanadi, merasa akan ada pihak yang dirugikan atas kebijakan PSSI.
“Kalau saya, sebagai pemain, menerima saja. Tapi, kasihan teman-teman pemain yang memiliki gaji yang tidak tinggi. Kasihan, kalau mereka mendapatkan 25 persen. Karena, ada keluarga yang harus dihidupi. Mungkin kalau 50 persen itu lebih baik,” kata Ruben seperti yang dilansir VIVA, Senin 30 Maret 2020.
Gunawan Dwi Cahyo yang merupakan Bek Bali United, kurang setuju dengan keputusan itu. Mantan penggawa Persija Jakarta itu sebenarnya tak mau mempersoalkan masalah pemotongan gaji. Sebab, dia menyadari bahwa klub tak mendapatkan pemasukan karena kompetisi berhenti.
“Pasti kondisi ini tidak latihan tidak ada kegiatan apapun, kalau nanti memang ada potongan itu wajar karena klub juga tidak ada pemasukan. Cuma, mungkin masih ada yang perlu dibicarakan lagi. Mungkin tidak 25 persen atau bisa naik lagi,” kata Gunawan.
“Iya, kalau memang dipotong itu wajar tidak masalah. Cuma kalau mulai dari Maret banyak pihak yang kurang setuju dengan PSSI. Karena kami pemain kan masih bertanding. Itu mungkin kami pikir kurang tepat. Tapi April dan Mei mungkin kalau 25 persen masih bisa diterima,” ucapnya pada VIVA.
Sementara Bhayangkara FC menyambut baik keputusan ini. Chief Operating Officer (COO) Bhayangkara FC, Sumardji, menegaskan bahwa pihaknya mengikuti apa yang sudah ditetapkan PSSI.
“Untuk masalah gaji yang 25 persen itu, kami dari tim Bhayangkara FC akan ikuti apa yang sudah diperintahkan oleh ketum PSSI,” kata Sumardji.
“Peraturan apapun yang ditetapkan, BFC tidak pernah bantah. Sejak dulu kami selalu ikuti peraturan yang sudah dibuat,” tegasnya.
Discussion about this post