Selasa, 19 Maret 2024

Jelang Pemilu 2024, Wamenag Harap Tak Ada Lagi Suami-Istri Bertengkar Beda Pilihan Pemilu

LIDIK.ID , Sidoarjo – Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid mewanti-wanti untuk tetap menjaga persatuan jelang Pemilu 2024. Ia berharap tak ada suami istri yang bertengkar hanya karena berbeda pandangan politik di Pemilu dan Pilpres. Senin, (15/8/2022).

Hal ini ia sampaikan saat memberi pengarahan dan pembinaan ASN Kementerian Agama di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Baca Lainnya

Kepada anak buahnya pun, Zainut mengingatkan jika dalam satu keluarga memiliki pilihan politik yang berbeda, kerukunan tetap harus dipertahankan.

“Saya tegaskan, menjelang tahun politik, jangan sampai gara-gara berbeda pandangan, berbeda pilihan politik, suami-istri bertengkar, tetangga tidak berteguran, antar saudara tidak rukun,” kata Zainut, Minggu, 14 Agustus.

Terlebih, kata Zainut, ASN Kemenag merupakan penyuluh agama yang harus menjaga kerukunan dan perdamaian antar umat beragama dan antar kelompok masyarakat.

“Kenapa ini penting? Karena kita hidup pada masyarakat yang majemuk atau berbeda-beda. Beda adat istiadatnya, bahasanya, sukunya, agamanya dan beda pilihan politiknya. Di dalam masyarakat yang majemuk ini kita harus memberikan pemahaman yang moderat, baik moderat dalam berpolitik maupun beragama,” tegas Zainut.

Dalam kesempatan itu, Zainut menerangkan bahwa Kemenag memiliki program prioritas salah satunya moderasi beragama.

Ia menjelaskan, moderasi yang dimaksud bukan memoderatkan agama karena agama sejatinya nilai-nilainya sudah moderat. Yang perlu dimoderatkan, lanjut dia, adalah perilaku dan cara umat dalam menjalankan agamanya supaya tidak ekstrem, dalam arti tidak radikal maupun tidak liberal.

“Meskipun kita berasal dari agama, golongan, atau kelompok yang berbeda, tetapi kehidupan masyarakat kita tetap harmonis, penuh toleransi dan saling menghormati. Sikap toleransi itu harus terpelihara agar kita tidak mudah dipecah belah dan diadu domba,” urai Zainut.

“Hal ini penting saya tekankan disaat kita menghadapi tahun politik yang penuh dinamika. Kita tidak boleh menganggap hanya kelompok kita lah yang paling benar, sementara kelompok lain itu salah,” lanjutnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, sejak dulu hingga saat ini umat Islam punya banyak perbedaan, baik perbedaan mazhab-nya, organisasinya, bahkan pilihan politiknya. Perbedaan-perbedaan itu diperbolehkan selama tidak menyinggung permasalahan pokok atau ushul agama.

“Ada yang pake qunut ada yang enggak, ada yang memelihara jenggot ada yang enggak, ada yang bercelana cingkrang ada yang enggak, perbedaan-perbedaan furuiyah itu diperbolehkan,” pungkasnya. ***

BeritaTerkait

Discussion about this post