Lidik.id, Jakarta – Grup musik independen Arraka mencuri perhatian publik dengan merilis lagu berjudul “Hijab Rap – Tuhan Mereka Adalah Cuan”. Lagu ini tidak hanya hadir dengan nuansa rap yang kuat dan penuh semangat, tetapi juga memuat kritik sosial yang tajam terhadap praktik korupsi, pembungkaman suara kritis, dan kerakusan politikus.
Dirilis pada awal April 2025, lagu ini langsung viral di media sosial. Pesannya yang lugas dan penuh keberanian menjadi pengingat keras tentang kondisi sosial-politik yang tengah dihadapi masyarakat. Dengan gaya vokal lantang dan aransemen musik yang agresif, Arraka menyuarakan keresahan banyak orang yang merasa diabaikan oleh para pemangku kebijakan.
Dalam lirik lagu ini, Arraka secara gamblang menyoroti bagaimana para penguasa dan pejabat menggunakan jabatan demi kepentingan pribadi. Kata-kata seperti “Tuhan mereka adalah cuan” menjadi semacam simbol perlawanan terhadap dehumanisasi dan ketamakan yang menyusup ke dalam sistem.
Tak hanya itu, lagu ini juga memberi pesan semangat kepada para aktivis dan masyarakat yang turun ke jalan, memperingatkan bahwa perjuangan melawan ketidakadilan penuh dengan risiko, namun tetap harus dilakukan dengan hati-hati dan konsisten.
Lirik Lagu Hijab Rap – Tuhan Mereka Adalah Cuan oleh Arraka
Tuhan mereka adalah…
Cuan, siapapun yang
melawan akan
ditiadakan, tak peduli Tuhan yang penting jabatan.
Perlawanan dibisukan, dituduh membuat kerusakan.
Udin intoleran, ditangkap, dikriminalisasikan.
Teruntuk teman-teman yang turun ke jalan,
yang muak dan bosan terus-menerus dikerdilkan.
Berhati-hatilah kawan, musuhmu menyeramkan.
Jangankan kalian, sesama mereka pun saling menghancurkan.
Tetap semangat kawanku, nyalakan api perlawanan.
Jangan mau dipermainkan, dikibuli Bapak-Ibu dewan,
tolak pembodohan, hancurkan keserakahan.
Negerimu
diperebutkan manusia rakus jabatan.
Siapapun yang melawan akan
ditiadakan, tak peduli Tuhan, yang penting jabatan.
Perlawanan dibisukan, dituduh membuat
kerusakan.
Dituding intoleran, ditangkap, dikriminalisasikan.
Lawan
ketidakadilan, hancurkan
kerakusan, usir semua penjajahan berkedok
mewakilkan. Siapa yang kalian wakilkan?
Rakyat ataukah cuan?
Undang-undang pesanan dikebut kesetanan.
Yang kami inginkan: koruptor dimiskinkan,
sampai karatan, tak kunjung disahkan.
Teriaknya persatuan,
ajaknya kerukunan,
tapi tak mencerminkan,
hanya sebatas pencitraan.
Siapapun yang melawan kan ditiadakan,
tak peduli Tuhan,
yang penting jabatan.
Perlawanan dibisukan, dituduh membuat
kerusakan.
Dituding intoleran, ditangkap, dikriminalisasikan.
Baliho
berserakan, pajang muka di jalan. Tangan
dikepalkan, janjinya untuk kemajuan, omong
kosong diungkapkan.
Teriaknya persatuan,
ajaknya kerukunan,
nyatanya cuma pencitraan.
Berebut kekuasaan, saling tikam sesama,
lawan koalisi dengan setan,
yang penting menguntungkan.
Hati mereka dibutakan,
apa pun dihalalkan, akhirat bukan tujuan,
Tuhan mereka adalah cuan.
Siapapun yang melawan akan ditiadakan,
tak peduli Tuhan, yang penting jabatan.
Perlawanan dibisukan, dituduh membuat
kerusakan.
Dituding intoleran, ditangkap, dikriminalisasikan.
Discussion about this post