LIDIK.ID, WASHINGTON – Kematian George Floyd, 25 Mei silam mengakibatkan demo dan kerusuhan yang masih berlangsung hingga sekarang. Hal ini karena tidak ditemukannya keadilan di Amerika Serikat (AS) yang membuat masyarakat menjadi geram. Tak hanya di Amerika Serikat, bahkan masyarakat dunia ikut menanggapi dan meminta keadilan pada kasus George Floyd.
George Floyd adalah seorang pria kulit hitam berusia 46 tahun. Ia tewas usai lehernya ditekan oleh lutut Derek Chauvin, salah satu dari empat polisi Minneapolis yang menahannya.
Sebagaimana dilansir AFP, George ditangkap karena diduga melakukan transaksi memakai uang palsu senilai US$ 20 (Rp 292 ribu) pada Senin (25/5/2020) lalu. Penangkapan George yang terekam dalam sebuah video yang menjadi viral tersebut memperlihatkan Chauvin menekan leher George.
Padahal ia dalam keadaan sedang diborgol dan menelungkup di pinggir jalan, selama kurang lebih tujuh menit. Dalam video itu terlihat George berkali-kali merintih kesakitan dan mengaku sulit bernafas.
Ia bahkan sempat menangis dan memanggil ibunya sesaat sebelum tewas. Beberapa masyarakat yang berada di lokasi kejadian meminta Chauvin untuk melepaskan lututnya dari leher George. Sayangnya permintaan tersebut tidak diindahkan. Saat George tidak lagi bergerak dan merintih, ia langsung dibawa ke rumah sakit dengan mobil ambulan. Sesampainya di rumah sakit Hennepin County Medical Center, George dinyatakan meninggal dunia.
Kejadian itu membuat masyrakat Amerika menjadi marah dan melakukan aksi besar-besaran. Demonstrasi dan aksi anarkis menentang rasisme di hampir seluruh wilayah AS menyisakan kisah tersendiri. Salah satunya viral foto yang menunjukkan seorang pria bertato peta Indonesia yang hendak memecahkan kaca bangunan bank Wells Fargo.
Foto demonstran itu tak hanya ramai menjadi konsumsi publik di Indonesia, tetapi juga menjadi headline media internasional, yakni The Inquirer, media milik penerbit Belanda Verenigde Nederlandse Uitgeverijen. Lokasi kejadian ini dikabarkan di Philadelphia, dan diketahui pria tersebut bernama Rainey A Backues memegang sebuah benda untuk memecahkan kaca bank Wells Fargo.
“Anda mungkin mengenali saya dari beberapa foto yang beredar di media sosial dalam beberapa jam terakhir. Jika Anda mengenal saya secara pribadi. Anda akan tahu bahwa apa yang diwakili di sana sangat berbeda dengan saya,” jelasnya melalui akun Instagramnya, 1 Juni 2020.
“Tetapi, ketika malam berlalu, saya mulai merasakan kemarahan publik dari pembunuhan George Floyd dan perasaan energi di hadapan ketidakadilan polisi nasional dari kerusuhan yang merebak di dalam diri saya.”
“Bahkan hari ini, saya masih merasakan hasrat sakit hati yang disebabkan oleh ketidakadilan rasial yang sering diarahkan pada orang kulit berwarna, termasuk saya sendiri. Emosi ini sangat dalam.”
“Namun, saya sekarang menyesal bahwa kemarahan dan dorongan saya yang dibenarkan untuk tidak tinggal diam terlalu cepat berubah menjadi gerakan untuk menghancurkan properti. Mendemonstrasikan bukanlah hal yang sama dengan kehancuran. Karena itu, sekarang saya ingin meminta maaf kepada gerakan BLM (Black Lives Matter).”
“Dan juga kepada para pemrotes yang secara sah menunjukkan ketidaksetujuan mereka dengan ketidakadilan yang kita saksikan sekarang. Karena salah satu tato saya menunjukkan pulau-pulau Indonesia (saya adalah warga negara AS yang dinaturalisasi, tetapi saya lahir di pulau Jawa), saya juga ingin meminta maaf kepada masyarakat Indonesia di Philadelphia.” Ia masih mengklaifikasi dalam postingan Instagramnya.
“Akhirnya, untuk memperjelas, saya harus memperjelas bahwa, walaupun saya dengan bodohnya memasang selfie yang memegang sepatu sampai ke telinga saya di cerita Instagram saya, saya tidak menjarahnya dan tidak membawa pulang apa pun,” tegasnya.
“Jalanan dipenuhi dengan pakaian dan sepatu dan saya pikir itu akan menekankan jumlah penjarahan yang terjadi jika saya berpose dengan mereka dengan cara ini. Saya sekarang menyesal mem-posting foto-foto itu. Sekali lagi, saya meminta maaf kepada semua komunitas yang telah terkena dampak negatif dan malu. Saya bersedia bertanggung jawab penuh atas tindakan saya. Saya telah belajar banyak dari kejadian ini.” tutupnya.
Akibat kerusuhan dan demo besar-besaran di Negara bagian Amerika Serikat, seperti yang dikutip dari CNN International, ada tiga negara bagian sudah menyatakan status darurat. Sementara itu, 40 kota juga dikabarkan menerapkan jam malam.
Discussion about this post