Lidik.id, Yogyakarta- Penulis dan aktivis Okky Madasari kembali menyuarakan kritik tajam terhadap kebijakan pemerintah di sektor pendidikan melalui sebuah puisi dengan judul “Engkau Mahasiswa Berbahaya” di Balairung UGM bersama Serikat Pekerja Fisipol, Serikat Pekerja Kampus, dan mahasiswa-mahasiswa pada Rabu, (12/2/2025). Dalam puisi tersebut, Okky menyoroti berbagai permasalahan yang dihadapi oleh dosen, mahasiswa, dan institusi pendidikan di Indonesia.
Puisi ini dimulai dengan ajakan kepada mahasiswa untuk mencari dosen mereka yang absen dari ruang kuliah, yang ternyata turun ke jalan bersama massa demonstrasi. Okky menggambarkan dosen-dosen yang berjuang bersama ibu-ibu yang kehabisan gas, pegawai honorer yang terkena PHK, ASN yang menggadaikan SK, dan guru-guru yang menolak untuk diam.
Teriakan “tukin” yang lantang dari para dosen bukan semata-mata karena ketidaknyamanan finansial, tetapi sebagai simbol perjuangan untuk hak, martabat, integritas, dan janji yang melampaui kepentingan pribadi. Okky menekankan bahwa tunjangan kinerja bukan sekadar soal materi, melainkan penghargaan atas dedikasi dan profesionalisme.
Selain itu, puisi ini juga menyinggung fenomena dosen yang terlibat dalam politik praktis, antre untuk posisi strategis seperti staf khusus, komisaris, wakil menteri, hingga menteri. Okky mengajak mahasiswa yang gelisah untuk menyadari bahwa kampus telah berubah menjadi “toserba” yang menjual gelar dan kehormatan dengan paket kilat harga diskon, di mana doktor abal-abal dengan bangga memamerkan gelar mereka.
Kritik tajam juga diarahkan kepada rektor yang terlibat dalam bisnis tambang, yang menurut Okky, merupakan upaya membungkam kampus dengan menukar nyali dan nurani dengan konsesi. Di tengah situasi ini, Okky mengingatkan mahasiswa untuk tetap gusar, tidak gentar, dan terus melawan ketidakadilan.
Puisi ini mencerminkan keprihatinan mendalam terhadap kondisi pendidikan di Indonesia, di mana idealisme akademik terancam oleh kepentingan politik dan ekonomi. Okky Madasari melalui karyanya mengajak semua pihak untuk merenungkan kembali arah pendidikan dan peran institusi akademik dalam menjaga integritas dan kemandirian.
Isi Puisi “Engkau Mahasiswa Berbahaya”
Jika tak kau temukan dosen-dosenmu di ruang kuliah hari ini,
Carilah mereka di jalanan di barisan massa demonstrasi bersama ibu-ibu yang kehabisan gas dan pegawai honorer yang kena PHK,
Di antara ASN-ASN yang menggadaikan SK dan guru-guru yang menolak membisu.
Jika kau dengar dosen-dosenmu lantang berteriak tukin tukin tukin,
Itu bukan karena tak betah miskin, ada hak dan harkat dalam tunjangan kinerja,
Ada integritas dan janji yang melampaui rasa kenyang keluarga sendiri.
Jika tak kau temukan dosen-dosenmu di ruang kuliah dan di barisan demonstrasi hari ini,
Coba tengoklah antrean panjang di ruang sebelah,
Di antara politisi berdasi dan influencer jutaan followers,
Bersama para buzzer dan gerombolan broker.
Apakah itu dosenmu yang mengantri jatah kursi, kursi stafsus, kursi komisaris, kursi wamen, kursi menteri.
Engkau mahasiswa yang gelisah, kalau kau lihat doktor abal-abal,
Petantang petenteng pamer gelar,
Ingatlah kampusmu telah jadi toserba yang menjual gelar dan kehormatan paket kilat harga diskon.
Kalau kau lihat rektormu bermain tambang, mengertilah kampusmu hendak dibungkam,
Nyali dan nurani dibeli seharga konsesi.
Engkau mahasiswa berbahaya jangan kaget tetaplah gusar.
Jangan gentar teruslah melawan.
Hidup mahasiswa hidup dosen yang terus melawan.
Discussion about this post