LIDIK.ID, JAKARTA – Wabah Covid-19 yang menyebar di hampir seluruh dunia benar-benar mengancam populasi dan ekonomi manusia. Hingga hari ini, Kamis, 28 Mei 2020, kasus Covid-19 dunia sudah mencapai 5.690.182 dan menewaskan sebanyak 355.575 jiwa. Akibat hal itu, pemerintah di penjuru dunia bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan kebijakan dan himbauan kepada masyaraka.
Akan tetapi, hal itu memiliki pro-kontra dan berpengaruh besar pada aktivitas manusia. Perbandingan yang sangat jauh dapat dirasakan sebelum wabah ini meneror wilayah.
Tak hanya Covid-19, sebanyak 40 persen kawasan laut perairan di dunia di bawah ancaman. Hal ini disampaikan Duta Besar RI untuk Jerman Havas Oegroseno dalam kelas virtual bersama Foreign Policy Community Indonesia (FPCI).
“Kesehatan laut kita berada di bawah ancaman. Sebanyak 40 persen kawasan laut terpolusi, kegiatan illegal fishing berjalan terus,” kata Havas, Rabu, 27 Mei 2020.
Hal ini diperparah dengan tidak adanya regulasi yang kuat untuk menyelamatkan laut. Dia menceritakan bahwa organisasi internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tidak tegas dalam menjaga laut internasional.
Menurutnya, masing-masing organisasi berjalan sendiri-sendiri dan tidak ada yang substantif. Bahkan, untuk laporan mengenai kelautan sifatnya pun sumir. Hal ini juga mengancam perairan dunia.
“Tidak ada action yang diharapkan. Ini sudah jelas jika tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG) nomor 14 mengenai kehidupan di bawah laut tidak akan tercapai,” imbuhnya.
Dia mengajak masyarakat untuk berkontribusi dalam menjaga laut. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan masyarakat untuk menjaga laut agar tetap seimbang.
Pertama, Havas mengajak masyarakat mengurangi atau menyetop penggunaan plastik sekali pakai. Kemudian, dia juga meminta agar tidak membeli produk yang merusak lingkungan, seperti telur penyu atau dekorasi koral.

“Berhenti makan sup sirip ikan hiu. Nelayan-nelayan di laut yang melakukan illegal fishing tidak manusiawi dalam menangkap ikan. Hiu banyak mati di dasar laut karena tidak bisa berenang untuk mengambil oksigen dan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem laut,” tegas Havas.
Selain itu ia juga juga mengajak agar anak-anak muda bisa membersihkan sungai dan pantai. Mereka diminta menjadi influencers kelautan di lingkungan dan menghidupkan kembali semangat kemaritiman.
Lagi dan lagi, keseimbangan dunia merupakan tanggung jawab setiap individu yang menjadi penghuninya untuk melindungi bumi dan orang tersayang. Perhatian kecil berdampak besar dibanding tak memperdulikan atau hanya saling mengandalkan orang lain.
Discussion about this post